https://onlist.id/ di Tanah Air seperti tidak ada habisnya, bisnis yang menjanjikan ini kian lama, kian banyak peminatnya. Dikarenakan skor tanah yang kian meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Kemudian permintaan akan tempat tinggal malah mengalami kenaikan, tak heran pelaku - pelaku bisnis mulai banyak melirik sektor properti beberapa bisnis yang stabil dan menguntungkan. Dikatakan stabil karena nilainya tak berubah mengalami penurunan padahal skor mata uang yang tak jarang kali fluktuatif, sehingga keterjaminan bisnis yang stabil membuat properti menjadi pilihan bagi pemodal bagus dalam negeri maupun dari luar negeri.
Tapi, ada sebagian fakta menarik berkaitan bisnis properti ini, dimana pertumbuhan yang terkadang cepat melainkan juga di waktu yang lain mengalami kelambatan, tetapi bukan penurunan. Dan artikel ini akan membahas fase pertumbuhan bisnis properti di Tanah Air yang mengalami percepatan dan kelambatan perkembangan yang mengacu pada kestabilan ekonomi dan rencana pemerintah.
Fase permulaan dari pertumbuhan properti diawali pada tahun 2011 hingga 2013 yang mana bisa dikatakan sebagai tahun emas pertumbuhan properti. Properti tumbuh subur dan memberikan akibat profit yang baik bagi pemodal yang bermain di dalamnya. Pertumbuhan properti bisa dilihat di sebagian wilayah bagus itu tempat perkotaan ataupun pedesaan. Hal ini dikarenakan pendapatan per kapita Indonesia pada saat itu cakap menembus angka 3000 USD per tahun, sehingga secara tak seketika sektor ekonomi pun mengalami pertumbuhan yang cukup baik, adalah sekitar 6.8%, dengan bertumbuhnya ekonomi, maka energi beli masyarakat pun mengalami kenaikan, tak terkecuali di bidang properti yang menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat kita. Di sisi lain, nilai rupiah masih cukup kuat di pasaran, sehingga dengan poin yang stabil, para pelaku bisnis bisa berbisnis dengan baik.

Pada fase berikutnya, yakni antara 2014 sampai 2016, sektor properti cenderung sedikit lesu. Hal hal yang demikian disebabkan kebijakan pemerintah yang sedikit memberatkan masyarakat ketika itu, ialah pemberian uang muka minimal 30 persen dari harga rumah, sehingga masyarakat cukup kesusahan mendapatkan dana konsisten untuk membiayai down payment dari rumah hal yang demikian. Imbasnya pelaku usaha bisnis properti ini cukup kesusahan menerima pembeli yang membutuhkan rumah dengan harga yang relatif murah. Ditambah dengan melemahnya nilai tukar rupiah kepada dollar yang mengakibatkan rupiah mencapai angka 14.000 per $ 1 mata uang Amerika Serikat.
Fase ketiga yaitu 2017 - 2018, pertumbuhan industri properti mengalami kebangkitan, sejumlah aspek yang ikut serta berperan yaitu karena banyak pembangunan infrastruktur di beraneka wilayah di Tanah Air, sehingga banyak orang mulai mencari hunian yang sesuai dengan harapan, dimana masyarakat memanfaatkan media online ialah website untuk mencari rumah, seperti yang ditawarkan dalam website onlist yang menyediakan rumah menurut biaya dan lokasi, sehingga mempermudah calon pembeli dalam melakukan pencarian. Dengan meningkatnya tenaga beli makan tak mengherankan bisnis ini kembali tumbuh dengan baik dan memiliki prospek yang lebih bagus di masa depannya. tulisan mengenai pertumbuhan properti di Indonesia, semoga dapat bermanfaat.